
0-0x0-0-0# CILEGON-PARLEMEN.Com, Di sebuah teras sederhana di sudut Kota Baja, warna biru muda mendominasi ruangan. Lampu-lampu tak berlebihan, namun semangat yang hadir malam itu terasa menyala. Di tengah barisan kader dan pengurus, Ketua DPD Partai Gelombang Rakyat (Gelora) Indonesia Kota Cilegon, Fikri Hanif Maulana, berdiri tegak dengan nada suara optimistis.
“Ulang tahun keenam ini bukan sekadar perayaan. Ini adalah momentum untuk naik kelas. Kami ingin periode mendatang Partai Gelora memiliki satu fraksi penuh di DPRD Cilegon,” ujarnya, Selasa malam, 28 Oktober 2025.
Target itu terdengar berani. Saat ini, Gelora baru memiliki satu kursi di parlemen kota, diwakili oleh H. Hikmatullah, sosok yang dikenal dekat dengan warga. Namun Fikri percaya, kekuatan politik tidak semata dihitung dari jumlah kursi, melainkan dari kedekatan dan kepercayaan masyarakat terhadap partai.
Didampingi dua wakil ketua, Drh. Anggara Aldrobrata H.S dan Ahmad Hanafi, Fikri menyebut bahwa semangat kebersamaan menjadi fondasi utama dalam membangun politik yang sehat. “Kita ingin politik yang memberi solusi, bukan sekadar perebutan kekuasaan,” katanya menambahkan.
Di usia yang relatif muda, enam tahun sejak dideklarasikan pada 28 Oktober 2019, Partai Gelora masih mencari bentuk idealnya di tengah lanskap politik nasional yang padat warna. Namun di Cilegon, langkah kecil itu mulai menunjukkan arah. Gelora mencoba mengokohkan diri sebagai partai dengan wajah baru — humanis, terbuka, dan berorientasi pada solusi.
Perayaan ulang tahun ke-6 ini tak dibuat megah. Tak ada panggung gemerlap atau selebritas politik. Hanya doa bersama, tumpeng sederhana, dan percakapan hangat antar-kader. Namun dari suasana yang sederhana itu, tersirat tekad yang besar: membangun kekuatan politik dari bawah, dari masyarakat sendiri.
“Semoga Allah membimbing kita menjadi pribadi yang lebih baik — kalau bisa, sebaik-baiknya di seluruh Indonesia,” ucap Fikri, menutup sambutan dengan nada religius.
Bagi Partai Gelora, peringatan ini bukan hanya mengenang hari lahir, tetapi juga meneguhkan arah perjuangan: politik kolaboratif, politik ide, politik yang memberi harapan di tengah kejenuhan publik terhadap praktik lama.
Gelombang biru Gelora di Cilegon mungkin masih kecil, namun seperti riak di permukaan air, ia berpotensi tumbuh menjadi arus yang lebih besar — mengalir pelan tapi pasti, membawa semangat baru bagi politik lokal.
Dirgahayu Partai Gelora Indonesia ke-6. Bersatu, Berdaya, dan Menggelora — untuk Indonesia yang lebih baik.
(Yan/Red*)

Tidak ada komentar