x

Mesin PAD Cilegon Macet, DPRD Soroti Lemahnya Kinerja TAPD

waktu baca 2 menit
Senin, 6 Okt 2025 12:41 10 Redaksi

CILEGON-PARLEMEN.COM, Ada yang tidak beres di tubuh Pemerintah Kota Cilegon. Pendapatan Asli Daerah (PAD) kota industri itu tak kunjung menembus angka Rp1 triliun, meski dikelilingi pabrik baja, petrokimia, dan kawasan industri terbesar di Pulau Jawa.

“Yang salah itu bukan wali kota, bukan wakil wali kota,” ujar Ari Muhammad, anggota Komisi I DPRD Kota Cilegon dari Fraksi PKB, saat ditemui di Gedung DPRD Cilegon, Senin 6 Oktober 2025. “Masalahnya ada di TAPD (Tim Anggaran Pemerintah Daerah) yang tidak mampu memaksimalkan potensi yang ada.”

Ucapan Ari seolah menampar kesadaran publik. Kota yang sejak lama disebut “Kota Baja” itu justru gagal memanfaatkan keberadaan industri raksasa di sekelilingnya. Sementara itu, kota-kota lain yang lahir dari pemekaran pada periode yang sama, justru melesat.

“Coba lihat Depok,” kata Ari, membandingkan. “Depok dulu lahir bareng Cilegon. Tapi sekarang PAD-nya sudah tembus Rp2,1 triliun. Padahal Depok itu kota jasa, bukan kota industri. Nah, kita ini kota industri, tapi PAD belum pernah nyentuh Rp1 triliun. Ada yang sangat salah di sini.”

Ari menilai problem klasik ini terjadi karena struktur birokrasi dan tata kelola keuangan daerah yang stagnan. Berganti wali kota, berganti rezim, namun komposisi TAPD tetap itu-itu saja. “Dari dulu orangnya ya itu-itu saja. Tidak ada penyegaran, tidak ada evaluasi serius,” ujarnya.

Ia mendorong agar Wali Kota Cilegon segera melakukan rotasi dan mutasi pejabat TAPD secara cermat dan berani. “Rotasi-mutasi itu penting. Jangan dibiarkan menggantung. Kalau ASN terus digantung, mereka kerja jadi malas, selengean. Tidak ada motivasi,” ujarnya tajam.

Menurutnya, penempatan pejabat harus berdasarkan kapasitas dan kemauan bekerja, bukan karena kedekatan personal atau politik. “Tempatkan orang di posisi yang tepat. Yang mau kerja, yang punya kemampuan manajerial dan visi. Jangan cuma yang dekat dengan kekuasaan,” tegas Ari.

Pernyataan Ari menguatkan kegelisahan publik soal mandeknya mesin fiskal Cilegon. Kota yang seharusnya menjadi contoh keberhasilan industrialisasi daerah justru terus bergelut dengan defisit anggaran dan target PAD yang tak tercapai.

Kini, bola ada di tangan Wali Kota. Jika reformasi birokrasi tak segera dilakukan, Cilegon bisa terus kehilangan momentum — menjadi kota industri yang kaya pabrik, tapi miskin akal dalam mengelola potensinya.

 

(Yan/Red*)

Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

LAINNYA
x